Rabu, 11 Agustus 2010

Mengapa Kita harus Percaya Reinkarnasi?

Reinkarnasi di kalangan umat hindu lebih populer dengan istilah punarbawa, sedangkan kalangan umat Hindu di Bali akrab dengan istilah numitis. Seringkali kita mendengar istilah “Ngidih nasi”. Seorang kakek / nenek yang sudah meninggal seringkali dikatakan telah lahir sebagai cucunya baik pada keluarga laki-laki atau perempuan.Bagaimana kaitannya dengan masalah reinkarnasi yang dijelaskan dalam veda. Sri Krishna dalam Bhagavad Gita mejelaskan:
“bahuni me vyatitani
Janmani tava carjuna
Tany aham veda sarvani
Na tvam vettha parantapa”
(Bhagavad gita, 4.5)
Artinya:
Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat, wahai penakluk musuh (Bhagavad Gita Menurut aslinya, Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Svami Prabhupada).
Dari Bhagavad Gita tersebut di atas jelaslah bahwa sang roh, telah bereinkarnasi ribuan kali dengan menerima salah satu diantara 8.400.000 bentuk kehidupan, dan setelah ia menerima badan dalam jenis kehidupan tertentu, ia berevolusi secara otomatis dari bentuk yang lebih rendah ke bentuk yang lebih tinggi , dan akhirnya mencapai badan manusia (Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Svami Prabhupada,5). Di kalangan umat Hindu di Bali, konsep “Ngidih Nasi” yang sering terdengar setelah kelahiran seorang anak sering menjadi pertanyaan dan perdebatan yang serius. Untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan hal ini sehingga kita tidak terperosok ke dalam pemikiran yang dogmatis, ada baiknya kita lihat kembali apa yang telah diajarkan oleh Tuhan Sri Krishna kepada Arjuna menjelang berlangsungnya perang besar di medan perang kuruksetra.
“yam yam vapi smaran bhavam
tyajaty ante kalevaram
tam tam evati kaunteya
sada tad-bhava-bhavitah”
(Bhagavad Gita: 8.6)
Artinya:
Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keaadaan itulah yang akan dicapainya wahai putera kunti (Bhagavad Gita Menurut aslinya, Sri Srimad A. C. Bhaktivedanta Svami Prabhupada).
Bertitik tolak dari apa yang telah dijelaskan di dalam Bhagavad gita bahwa peristiwa “Ngidih nasi” tersebut benar adanya. Hal ini disebabkan oleh keterikatan seseorang yang meninggal terhadap sanak keluarganya, baik itu anaknya, menantunya ataupun cucunya. Sehingga dilihat dari sudut pandang sastra roh orang yang meninggal dan mengalami keterikatan kepada keluarganya akan terlahir pada keluarganya sendiri pada masa-masa yang akan datang. Akan tetapi roh orang meninggal bisa saja merosot mengambil badan yang lebih rendah kalau pada saat ia meninggal, ia teringat atau terikat dengan binatang dan tumbuhan peliharaannya. Disamping itu pula seseorang mendapatkan badan menurut karma atau kegiatannya pada masa-masa hidupnya.
Wah gampang sekali kalau begitu, walaupun sseseorang berbuat jahat, kalau dia bisa ingat dengan Tuhan pasti dia akan terlahir ke tempatnya Tuhan! Tunggu dulu. Proses mengingat Tuhan pada saat seseorang menjelang meninggal sangat tidak mudah. Karena kuatnya pengaruh tiga sifat alam material yaitu satvam, rajas dan tamas, membuat seseorang cendrung terikat kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Inilah yang menyebabkan sangat sedikit orang yang dapat mengingat Tuhan pada saat menjelang kematiannya. Proses ini yaitu kelahiran dan kematian akan terus berputar ribuan kali. Seseorang hanya akan bisa menghentikan siklus kelahiran dan kematian ini apabila dia telah menyerahkan dirinya kepada tuhan Sri Krishna. Penyerahan diri secara total kepada Tuhan hanya bisa dilakukan dengan menjadikan diri sebagai pelayan dari Tuhan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang diperintahkan oleh Tuhan. Setelah seseorang menyerahkan dirinya kepada seorang guru kerohanian yang bonafide, terbukalah jalan baginya untuk memutus siklus kelahiran dan kematian serta masuk kekerajaan Tuhan.
Hidup di jaman kali yang penuh kemunafikan ini, Tuhan sudah memberikan jalan kepada manusia untuk bisa kembali menyadari hakekat ketuhanan yang bersemayam di dalam hatinya sehingga seseorang bisa pulang kembali ke kerajaan Tuhan. Di dalam Upanisad di jelaskan:
“kaler dosa-nidhe rajann, asti hy eko mahan gunah,
kirtanad eva krsnasya, mukta-sangah param vrajet”
Artinya:
Wahai raja, walaupun kali yuga adalah lautan dosa, masih ada satu sifat baik mengenai jaman tersebut: hanya dengan mengucapkan maha mantra Hare Krsna, seseorang dapat terbebas dari belenggu material dan diangkat ke kerajaan spiritual.
Hal ini juga dijelaskan dalam Simad-Bhagavatam (12.3.51) yaitu:
“krte yad dhyayato visnum, tretayam yajato makhaih
dvapare paricaryayam, kalau tad dhari-kirtanat”
Artinya:
Hasil apapun yang dicapai pada Satya Yuga melalui meditasi kepada Visnu, pada Treta Yuga dengan cara melaksanakan korban-korban suci, dan pada Dvapara Yuga dengan cara melayani kaki-padma Tuhan, dapat dicapai dengan mengucapkan maha-mantra Hare Krsna.
Hare Krishna Hare Krishna,
Krishna Krishna Hare Hare,
Hare Rama Hare Rama,
Rama Rama Hare Hare.

Hari Om tat sat

Rabu, 22 Oktober 2008

Bhagavad GIta dan Keagungannya



Seperti kita ketahui bersama, Bhagavad Gita merupakan salah satu naskah Veda yang sangat lengkap. Bhagavad gita tidak saja berisi Filsafat hidup yang tinggi bagi masyarakat manusia, tetapi juga merupakan intisari dari seluruh kitab-kitab weda. Bhagavad Gita disabdakan langsung oleh kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Bhagavan Sri Krshna kepada Arjuna saat berlangsungnya perang besar antara pandawa melawan korawa di tengah medan perang Kuruksetra.

Bhagavan Sri Krshna menyampaikan tugas pokok dan kewajiban kita sebagai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa untuk membebaskan diri dari belenggu kehidupan yang materialistik sehingga kita bisa keluar dari lingkaran kelahiran dan kematian dan masuk ke kerajaan Tuhan untuk menjadi pelayan dan pelayan dari Tuhan sendiri. Sebagai salah satu literatur terpenting umat manusia sudah seyogyannya sebagai umat manusia terutama umat Hindu untuk lebih mendalami dan melaksanakan Bhagavad Gita dengan lebih baik lagi. Menurut yang Mulia H.D.G Sri Srimad A.C. Bhaktivedanta Svami Prabhupada Mata pelajaran Bhagavad Gita Menyangkut pengertian tentang lima kenyataan pokok. Pertama, Ilmu pengetahuan tentang Tuhan dijelaskan, kemudian kedudukan pokok makhluk hidup atau para jiwa, prakrti (alam), kala (waktu yang kekal), dan karma (kegiatan).

Dari Bhagavad Gita inilah kita mempelajari apa arti Tuhan Yang Maha Esa, para makhluk hidup, prakrti manifestasi alam semesta, bagaimana alam semesta dikendalikan oleh waktu dan bagaimana kegiatan makhluk hidup. Diantara lima mata pelajaran pokok yang disampaikan dalam Bhagavad Gita ini dibuktikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa atau Krshna adalah yang Maha Besar yang merupakan sumber dari segala sesuatu di seluruh alam semesta ini dan juga merupakan tempat kembalinya seluruh yang ada. Dengan demikian sebagai kesusasteraan rohani, Bhagavad Gita harus dibaca dengan teliti sekali." Gita-sastram idam punyam yah pathet prayatah puman". Kalau seseorang mengikuti ajaran Bhagavad Gita sebagai mana mestinya, ia dapat dibebaskan dari segala kesengsaraan dan kecemasan hidup. Bhaya-sokadi-vivarjitah. Ia akan dibebaskan dari segala rasa takut dalam hidup ini, dan penjelmaannya yang akan datang akan bersifat rohani. Di dalam Gita Mahatmya juga disebutkan:

" Gitadhyayana-silasya pranayama-parasya ca naiva santi hi papani purva-janma-krtani ca".

artinya:

Kalau seseorang membaca Bhagavad Gita dengan tulus ikhlas dan serius, maka segala reaksi perbuatannya yang salah dari dahulu tidak akan bereaksi lagi terhadap dirinya.

Di dalam bhagavad Gita bab 18.70 dan 18.71 disebutkan:

Adyesyate ca ya imam dharmyam samvadam avayoh

jnana-yajnena tenaham istah syam iti me matih

sraddhavan anasuyas ca srnuyad api yo narah

so'pi muktah subhal lokan prapnuyat punya-karmanam

Artinya:

"Aku memaklumkan bahwa orang yang mempelajari percakapan kita yang suci ini bersembahyang kepada-Ku dengan kecerdasannya, orang yang mendengar dengan keyakinan tanpa rasa iri dibebaskan dari reaksi-reaksi dosa dan mencapai planet-planet yang menguntungkan, tempat tinggal orang saleh."

Dengan demikian dengan mengikuti prinsip-prinsip yang dinyatakan di dalam Bhagavad-Gita seseorang dapat mencapai kesempurnaan hidupdan menemukan penyelesaian yang sempurna atas segala masalah hidup.

Hari om tat sat

Jumat, 10 Oktober 2008

Varnasrama-dharma

Sejarah adanya sistem varnasrama-dharma di kalangan umat manusia sudah ada sejak jaman dahulu. Literatur veda membenarkan hal ini. Sistem varnasrama-dharma tidaklah diciptakan oleh manusia tetapi diciptakan sendiri oleh Bhagavan Sri Krshna kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam Bhagavad Gita disebutkan:
"Catur varnaya maya srstam guna karma vibhagasah"
Artinya: Menurut tiga sifat alam material dan tugas yang diwajibkan baginya, empat pembagian dalam masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku.
Di dalam visnu purana 3.8.9 juga disebutkan:
" Varnasramacaravata
Purusena parah puman
Visnur aradyate pantha
Nanyat tat-tosa-karanam"
Artinya Tuhan yang Maha Esa Bhagavan Sri Krshna, dipiuja sebagai mana mestinya melalui pelaksanaan tugas kewajiban dalam sistem varna dan asrama. Tidak ada cara lain untuk memuaskan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.Hendaknya seseorang mantap dalam sistem varna dan asrama.
Menurut Veda masyarakat manusia dibagi menjadi 4 varna berdasarkan guna dan karma yaitu:1) Brahmana yaitu kelompok masyarakat yang bertugas atau berprofesi sebagai guru dan pembimbing spiritual, 2). Ksatriya, kelompok masyarakat yang bertugas dan berprofesi sebagai administrator dan prajurit, 3). Vaisya, kelompok masyarakat yang bertugas dan berprofesi sebagai pengusaha dan petani, 4). Sudra, kelompok masyarakat yang bertugas dan berprofesi sebagai buruh dan tukang. Menurut veda sitem masyarakat seperti ini terdapat di seluruh dunia. akan tetapi dalam pelaksanaannya terus mengalami kemerosotan yang menyimpang dari konsep yang diajarkan oleh veda. Pergeseran sistem varna menjadi kasta yang bersifat politis dan mengikuti garis keturunan menjadi sebuah indikasi berubahnya pemahaman masyarakat tentang sitem varna ini.
Sesungguhnya masyarakat akan menjadi sukses apabila pengelompokan sosial tersebut disinergikan untuk keinsafan rohani. Setiap kelompok masyarakat dalam sistem varnasrama darma mempunyai tugas pokok masing-masing seperti yang telah disebutkan dalam Bhagavad Gita. Menurut veda Brahmana adalah seorang teladan dengan prilaku yang sempurna dan menguasai pengetahuan rohani yang sebenarnya. Demikian pula halnya dengan ksatriya mempunyai tugas dan kewajiban melindungi mereka yang lemah sehingga seorang ksatriya harus mempunyai sifat kepahlawanan, kuat, tabah hati, keberanian dan dermawan serta terpelajar. Meski demikian para ksatriya menurut konsep weda tidak pernah mengambil posisi sebagai guru.
Tugas dan kewajiban seorang vaisya adalah bertani, pengusaha, dan melindungi sapi, dan bagi seorang sudra adalah bekerja melayani yang lainnya. Akan tetapi Bhagavan Sri Krshna di dalam Bhagavad Gita mengatakan bahwa: setiap kehidupan sosial kemasyarakatan dapat mencapai tujuan yang tertinggi yaitu kembali kepada Tuhan

Kamis, 09 Oktober 2008

Krshna Prema



Di dalam Bhagavad Gita bab IX sloka 22 disebutkan:
" Ananyas cintayanto mam
Ye janah paryupasate
Tesam nityabhiyuktanam
Yoga Ksemam vahamy aham"

Artinya:
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku, Aku bawakan apa yang dibutuhkannya dan aku memelihara apa yang dimilikinya.
Orang yang tidak dapat hidup selama sesaatpun tanpa kesadaran Krshna, dapat berpikir tentang Krshna 24 jam setiap hari, karena dia tekun dalam bhakti dengan cara mrnndengar, memuji, ingat, mempersembahkan doa pujian, menyembah, mengabdikan diri pada kaki-padma, mengabdikan diri dengan cara yang lain, mengembangkan hubungan persahabatan dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Krshna. Kegiatan seperti itu serba menguntungkan dan penuh kekuatan rohani, yang menyebabkan penyembah sempurna dalam keinsafan diri, sehingga satu-satunya keinginan di dalam hatinya adalah mencapai pergaulan dengan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Seorang penyembah seperti itu tentu saja mendekati Tuhan dengan tanpa kesulitan. Ini disebut yoga. Atas karunia Tuhan, seorang penyembah seperti itu tidak pernah kembali lagi ke dalam kehidupan yang bersifat material. Ksema berarti perlindungan Tuhan yang penuh karunia. Tuhan membantu seorang penyembah untuk mencapai kesadaran Krshna melalui yoga. Apabila penyembah itu sadar akan Krshna sepenuhnya, maka Krshna melindunginya sehingga ia tidak jatuh ke dalam kehidupan terikat yang sengsara. (Penjelasan Acarya agung Srila Prabupada).
Demikianlah karunia Bhagavan Sri Krshna kepada para penyembah beliau, hanya dengan ketekunan dalam bhakti dan pelayanan kepada Bhagavan Sri Krsha seorang penyembah dapat kembali pulang ke dunia rohani.

Senin, 06 Oktober 2008

Meditasi Kepada Bhagavan Sri Krshna



Di dalam Bhagavad Gita Bab 6 sloka 13 dan 14 menyebutkan:

Samam kaya-siro-grivam

Dharanayann acalam sthirah

Sampreksya nasikagram svam

Disas canavalokayan


Prasantatma vigata-bhir

Brahmacari-vrate sthitah

Manah samyamya ma-citto

Yukta asita mat-parah


Artinya:

Seseorang harus menjaga badan, leher dan kepalanya tegak dalam garis lurus dan memandang ujung hidung dengan mantap. Seperti itu, dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas darirasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami istri, hendaknya ia bersemadi kepada-Ku di dalam hati dan menjadikan aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi.


Tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengenal Bhagavan Sri Krshna, yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup sebagai paramatma, bentuk Visnu yang berklengan empat. Latihan yoga dilakukan untuk menemukan dan melihat bentuk Visnu tersebut yang berada di tempat khusus bukan dengan tujuan yang lain. Visnu-Murti yang berada di tempat khusus tersebut adalah perwujudan yang berkuasa penuh dari Krshna yang bersemayam di dalam hati. Orang yang tidak mempunyai cara untuk menginsafi Visnu-Murti tersebut sibuk dengan cara yang tidak berguna dalam latihan yoga tiruan, dan pasti ia memboroskan. Bhagavan Sri Krshna adalah tujuan hidup yang tertinggi dan visnu-Murti yang ada yang bersemayam di dalam hati adalah tujuan latihan yoga. Untuk menginsafi Visnu-Murti tersebut di dalam hati, seseorang harus berpantang hubungan suami-istri sama sekali. Karena itu ia harus meninggalkan rumah tinggal sendiri di tempat yang sunyi dan tetap duduk seperti yang tersebut di atas. Seseorang tidak dapat menikmati hubungan suami istri setiap hari di rumah atau di tempat lain sambil mengikuti apa saja yangnamanya kursus yoga dan dengan demikian menjadi seorang yogi. Ia harus berlatih mengendalikan dan menghindari segala jenis kepuasan indria-indria. Diantara jenis-jenis kepuasan indria-indria, hubungan suami istri adalah yang paling utama. Peraturan cara berpantang hubungan suami-istri hasil karya Rsi mulia yang bernama Yajnavalkya berbunyi sebagai berikut:


"Karmana manasa Vaca

Sarvavasthasu sarvada

Sarvatra maithuna-tyago

Brahmacaryam pracaksate"


Sumpah brahmacarya dimaksudkan untuk membantu seseorang berpantang sepenuhnya kenikmatan hubungan suami istri dalam pekerjaan, kata-kata, dan pikiran pada setiap waktu, dalam segala keadaan, dan disemua tempat.


Tidak ada orang yang yang dapat melakukan latihan yoga yang sebenarnya melalui kenikmatan hubungan suami istri. Karena itu Brahmacarya diajarkan sejak kanak-kanak, pada waktu seseorang tidak mempunyai pengetahuan apapun tentang hubungan suami istri. Anak-anak yang berumur 5 tahun dikirim ke guru-kula atau perguruan guru kerohanian, dan guru kerohanian melatih anak-anak kecil itu dalam disiplin yang ketat untuk menjadi brahmacari. Tanpa latihan seperti itu, tidak seorangpun dapat maju dalam yoga manapun baik dhyana, jnana maupun bhakti. Akan tetapi, orang yang mengikuti aturan dan peraturan kehidupan berumah tangga, dan hanya mengadakan hubungan suami-istri dengan istrinya yang sah , juga disebut brahmacari. Seorang brahmacari yang berumah tangga dan mengendalikan diri seperti itu dapat diterima dalam perguruan bhakti, tetapi perguruan jnana dan dhyana tidak menerima brahmacari yang berumah tangga yang seperti itu. Mereka mengharuskan pantangan suami istri sepenuhnya tanpa kompromi. Dalam perguruan bhakti, seseorang brahmacari yang berumah tangga diperbolehkan melakukan hubungan suami-istri yang terkendalikan, sebab pelajaran bhakti yoga begitu kuat sehingga dengan sendirinya seseorang kehilangan minat terhadap hubungan suami-istri karena itu dia tekun dalam pengabdian kepada Tuhan. Dalam Bhagavad Gita (2.59) dinyatakan:


Visaya vinivartante niraharasya dehinah

Rasa-varjam raso 'py asya param drstva nivartate


Orang lain dipaksakan untuk menjauhkan diri dari kepuasan indria-indria, tetapi seorang penyembah Krshna dengan sendirinya menghindari kepuasan indria-indria karena dia menikmati rasa yang lebih tinggi. Selain seorang penyembah, tidak ada orang yang mempunyai keterangan tentang rasa yang lebih tinggi itu.
Vigata -bhih, orang tidak dapat menjadi bebas dari rasa takut kecuali ia sadar akan Krshna sepenuhnya. Roh yang terikat merasa takut akibat ingatannya terputar balik, karena ia melupakan hubungannya yang kekal dengan Krshna. Dalam Srimad-Bhagavatam (11.2.37) dinyatakan, Bhayam dvitiyabhini-vesatah syad isad apetasya viparyayo smrtih. Kesadaran Krshna adalah satu-satunya dasar kebebasan dari rasa takut. Karena itu latihan yang sempurna dimungkinkan untuk orang yang sadar akan Krshna. Oleh karena itu tujuan tertinggi latihan yoga adalah melihat Krshna di dalam hati, orang yang sadar akan Krshna sudah menjadi yogi yang paling baik. Prinsip-prinsip sitem yoga yang disebutkan disini berbeda dari prinsip-prinsip dalam perkumpulan-perkumpulan populer yang namanya saja perkumpulan yoga. (Penjelasan Yang maha berkarunia Srila Prabupada Acarya Pendiri ISCKON)